1.SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Secara umum secara historis kesehatan mental terbagi dalam 2 periode yaitu periode yaitu periode pra ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung, 1986: 23)
1.Periode Pra-Ilmiah
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitive animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa.Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut.Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya.Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467).Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu.Dia menyatakan, “ Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, akan tetapi anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantu yang melukai badan anda.”.Ide naturalistic ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang Kristen.Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan social untuk memecahkan problem penyakit mental.Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris.Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur.Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit.Akhirnya di antara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
2.Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental yaitu dari animism (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783.Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis di rumah sakit Penisylvania.Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunaties (orang-orang gila atau sakit ingatan).Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya.Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge berikut gerakan yang teroganisir.Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers.Kedua orang ini banyak mendidikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertologan bagi orang-orang miskin dan lemah.
Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul.Selama decade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943).Bahkan karena jasa-jasanya itulah ia dinobatkan sebagai “The Founder of The Mental Hygiene Movement”.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan.Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan (Langgulung, 1986: 23).Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari para ahli, seperti William James dan seorang psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer.
Setelah Perang Dunia I usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industry, kriminologi dan kerja social.Secara hukum, gerakan kesehatan mendal ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika Presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental Health Act”.
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation,Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental.Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui World Federation for Mental Health dan World Health Organization.
2.Konsep Sehat
Sehat dan sakit adalah keadaan biopsikososial yang menyatu dengan kehidupan manusia. Pengenalan manusia terhadap kedua konsep ini kemungkinan bersamaan dengan pengenalannya terhadap kondisi dirinya. Keadaan sehat dan sakit tersebut terus terjadi, dan manusia akan memerankan sebagai orang yang sehat atau sakit.Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari, terjadi sepanjang sejarah manusia, dan dikenal di semua kebudayaan. Meskipun demikian untuk menentukan batasan-batasan secara eksak tidaklah mudah. Kesamaan atau kesepakatan pemahaman tentang sehat dan sakit secara universal adalah sangat sulit dicapai.
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah otrang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial. Kalau demikian adanya, apakah ada seseorang yang berada dalam kondisi sempurna secara biopsikososial? Untuk mendpat orang yang berada dalam kondisi kesehatan yang sempurna itu sulit sekali, namun yang mendekati pada kondisi ideal tersebut ada.
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam perkembangan kepribadian seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.Keempat dimensi holistik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.Agama/spiritual, yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan fitrah manusia yang menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung nilai-nilai moral, etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika, seseorang yang bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion without moral, no moral without law).
b.Organo-biologik, mengandung arti fisik (tubuh/jasmani) termasuk susunan syaraf pusat (otak), yang perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi, bebas dari penyakit, yang kejadiannya sejak dari pembuahan, bayi dalam kandungan, kemudian lahir sebagai bayi, dan setrusnya melalui tahapan anak (balita), remaja, dewasa dan usia lanjut .
c.Psiko-edukatif, adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah dan ibu) termasuk pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak terhadap orang tuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui dimensi psiko-edukatif ini berhenti hingga usia 18 tahun.
a.Agama/spiritual, yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan fitrah manusia yang menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung nilai-nilai moral, etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika, seseorang yang bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion without moral, no moral without law).
d.Sosial-budaya, selain dimensi psiko-edukatif di atas kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan sosial yang bersangkutan dibesarkan.
3.Perbedaan Kesehatan Barat Konsep Barat dan Timur
Menurut Eisenberg (Helman, 1990). Yang dimaksud dengan model adalah cara dapat merekonstruksi realita, memberikan makna kepada fenomena- fenomena alam yang pada dasarnya bersifat chaos. Sekali model telah di tetapkan, model tersebut akan bertindak melakukan verifikasi terhadap model itu sendiri dengan cara mengeluarkan atau mengabaikan fenomena yang berada di luar sudut pandang pengguna model tersebut.
Model sangat berguna dalam memahami suatu realita, tapi karena sifatnya yang cenderung melakukan simplikasi terhadap realita yang sebenarnya kompleks, maka dimungkinkan adanya bermacam – macam model untuk memahami realita yang sama.
Kemudian pada bidang kesehatan terdapat dua model utama dalam memahami kesehatan, yaitu model barat dan model timur. Kedua model tersebut memang dipengaruhi oleh budaya barat dan budaya timur yang jelas pada dasarnya memiliki perbedaan besar. Namun didalam model – model tersebut tersenndiri terdapat variasi yang dapat disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara kedua model tersebut.
Model kesehatan barat dapat dibedakan menjadi bebeapa macam, yaitu model biomedis atau juga sering disebut sebagai model medis (joesoef, 1990; freund, 1991; helman, 1990; tamm, 1993). Model psikiatris(helman, 1990) dan model psikosomatis (tamm, 1993)’ model kesehatan timur umumnya disebut model kesehatan holistic(joesoef, 1990) yang menekankan pada keseimbangan (helman, 1990).Model biomedis berakar jauh pada pengobatan tradisional yang berada di yunani.Pengobatan ini dipengaruhi oleh filosofi yunani, terutama dari pemikiran plato dan aristoteles yang bersifat abstrak dan sistematis serta dijalankan dengan rasional dan logis.konsepsi mengenai dunia pada dasarnya bersifat dualistik sehingga manusia dapat dibedakan menjadi fisiologis(fisik) dan psikologi(jiwa). Cara pandang yang sedemikian ini memengaruhi dunia barat sampai beberapa abad kemudian. Yang dapat ditemui kembali jejaknya pada Descartes.
Perkembangan ilmu biologi yang pesat, lebih – lebih degan diketemukannya virus dan bakteri sebagai sumber terjadinya penyakit. Menyebabkan model biomedis ini berkembang dengan sangat pesat dan memengaruhi konsep manusia mengenai kesehatan dibarat. Sejak itu penyakit dan kesehatan semata – mata dihubungkan dengan kebutuhan fisiolois saja.berbagai upaya dilakukan untuk menjadikan tubuh tetap sehat.
Model biomedis (freund 1991) memiliki 5 asumsi :
1.Asumsi yang pertama adalah bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakikni beada pada suatu bagian tubuh tertentu.
2.Asumsi kedua adalah penyakit dapat di reduksi pada gangguan fungsi tubuh, entah secara biokimia atau neurofisiologis(physical reductionism).
3.Asumsi ketiga adalah keyakinan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi(specific etiology)
4.Asumsi keempat adalah melihat tubuh sebagai suatu mesin (sama dengan keterangan sebelumnya )
5.Asumsi kelima adalah mempunyai konsep bahwa tubuh adalah obyek yang perlu diatur dan dikontrol.dan adapun asumsi ini merupakan kelanjutan dari asumsi bahwa tubuh adalah suatu mesin yang perlu mendapatkan pemeliharaan.
Model Psikiatris (Helman, 1990), sebenarnya masih berkaitan dengan modl biomedis. Model ini pada dasarnya masih mendasari diri pada pencarian bukti – bukti fisik dari suatu penyakit dan penggunaan treatmen fisik(obat – obatan atau pembedahan) untuk mengoreksi abnormalitas. Naun model ini menunjukan dengan jelas adanya modl – model yang saling bertentangan yang digunakan oleh psikiater yang berbeda untuk menjelaskan gangguan psikosis. Model – model tersebut meliputi : model organic yang menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak; model psikodinamik yang berkonsentrasi pada factor –faktor pekembangan dan pengalaman; model behavioral yang menyatakan bahwa psikosis terjadi karena banyak kemungkinan lingkungan; dan model social yang menekankan gangguan dalam rangka performanya.
Model Psikosomatis (Tamm, 1993), merupakan model yang muncul kemudian karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini dikembangkan oleh Helen flanders dunbar sekitar tahun 1930an.model ini muncul setelah jurang anta aspek – aspek biologis dan psikologis terjembatani oleh karya Sigmund freud (ketidaksadaran0, ivan Pavlov (respon terkondisi, dan WB cannon (reaksi serang dan kabur). Gerakan psikosomatik ini dimulai di jerman dan Austria pada tahun 1920an,menyebar kebanyak Negara di eropa, kemudian dengan adanya migrasi ke amerika (seperti frans Alexander) minat terhadap gangguan psikosomatik ini pun turut terbawa kesana.
Model psikosomatik ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatic yang tanpa disebabkan oleh ateszenden emosional dan atau social. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom – simtom somatic.Menurut model psikosomatik ini, penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks. Penyembuhan penyakit diasumsikan terjadi melalui cara yang sama juga.
Sumber Pustaka :
Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Yustinus Semiun. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Kanisius